Menerobos Belenggu Asumsi
Anda ingin lebih kreatif? Salah satu kiatnya, pertanyakan asumsi yang menjadi landasan proses berpikir Anda, lalu buang asumsi yang tidak...
Anda ingin lebih kreatif? Salah satu kiatnya, pertanyakan asumsi yang menjadi landasan proses berpikir Anda, lalu buang asumsi yang tidak relevan, atau segera ubah asumsi Anda. Kita hidup dengan banyak sekali berasumsi. Dengan kata lain, kita mengandaikan banyak sekali hal. Asumsi inilah yang kemudian melandasi proses berpikir kita, perilaku dan sikap kita terhadap segala pernik kehidupan. Karena itu, ada tragika di dalam asumsi. Dia sekaligus memfasilitasi dan membatasi kita. Dia membebaskan sekaligus membelenggu kita. Dia memberanikan kita sekaligus membuat kita takut. Dia memberi kita keyakinan sekaligus membuat kita ragu. Kenapa begitu? Karena asumsi selalu menggariskan batas-batas. Di dalam kerangka batas-batasnya kita yakin, berani, mudah, bebas bergerak. Sebaliknya, persis di luar garis batas itu kita ragu, takut, sulit, terbelenggu. Kalau asumsinya begitu kuat, batas dan belenggunya biasanya juga kuat. Saya yakin banyak di antara pembaca yang sudah mengetahui cara memecahkan soal ini: Ada sembilan titik, diatur sedemikian rupa sehingga kalau dihubungkan akan membentuk empat persegi panjang atau bujur sangkar sempurna. Perintahnya: hubungkan semua titik itu dengan garis lurus dengan ketentuan setiap titik hanya boleh dilewati sekali, dan garis lurusnya tidak lebih dari 4 potong. Gambarnya:Melihat sembilan titik ini, kebanyakan dari kita biasanya akan langsung membayangkan empat persegi panjang atau bujur sangkar. Percobaan yang dilakukan membuktikan bahwa dengan membayangkan empat persegi panjang atau bujur sangkar itu, banyak orang lalu mencoba-coba menarik garis dalam batas-batas empat persegi panjang atau bujur sangkar tersebut. Dengan kata lain, begitu membayangkan empat persegi panjang atau bujur sangkar, banyak orang yang berasumsi bahwa solusi masalahnya ada dalam kotak persegi panjang atau bujur sangkar tersebut, padahal sesungguhnya perintahnya sama sekali tidak menenetukan apa-apa mengenai hal itu. Itulah yang kita maksud dengan asumsi yang tidak relevan. Kalau asumsi yang tidak relevan itu kita buang, kebebasan kita langsung melebar, sehingga kita berani melangkah keluar dari kotak empat persegi panjang atau bujur sangkar, dan menemukan solusinya. Inilah yang mendasari ucapan bahwa orang-orang kreatif adalah orang- orang yang berpikir di luar kotak. Dengan melihat bahwa medan luas di luar batas-batas empat persegi panjang atau bujur sangkar tersebut sebagai medan kebabasan kita, kita akan berani menerobos batas- batas yang sebenarnya cuma ciptaan pikiran kita sendiri. Akibatnya, inilah hasilnya. Segitiga ABC dan DEF adalah cerminan jiwa-jiwa petualang dan pemberani yang menghasilkan kreativitas. Tidak hanya itu. Sesungguhnya kita bisa menarik hanya satu garis lurus. [Anda mungkin mikir, “Iya, satu garis lurus dengan spidol yang besuuaaarr sekali… atau dengan kuas lebar.” Itu juga solusi, tapi yang saya maksud bukan itu, melainkan garis setipis yang kita pakai di atas. Coba cari…] (Disclaimer: Ini bukan ide asli saya. Saya membacanya dari buku psikologi yang bicara tentang persepsi, kalau tak salah tahun 1988… tapi saya sudah lupa judulnya… kalau nanti tulisan ini saya bukukan, semoga saya masih bisa menemukan kembali buku tsb agar bisa menyebut penggagas awalnya. Atau anda mau membantu? Terimakasih sebelumnya)
*) Wandi S Brata. Direktur Eksekutif PT Gramedia Pustaka Utama; wandi@gramediapublishers.com
Post a Comment: